Tuesday, 6 September 2011

…kalau sekarang kamu menangis, cuba buat hujan di dalam imajinasimu, supaya kamu boleh berjalan di bawahnya, lantas basah tubuhmu di situ, dan dengan itu kuyupnya akan menghapus airmata di mukamu…”

saya terduduk.
diam
lama
saya masih tetap dalam diam
menahan sesuatu yang tidak dapat saya jelaskan

saya memandang langit
langit itu tidak biru
birunya tertutup awan
bukan awan putih yang memperindah sang biru
tapi awan kelabu

ahh langit itu tak indah lagi
sulit rasanya menikmati langit ketika diliputi awan kelabu
bosan saya melihat langit

tapi ketika saya hampir berbalik meninggalkan tempat saya
ada sesuatu yang jatuh di tangan saya
air

saya tatap langit
awan kelabu itu ternyata
ia menumpahkan hujannya

semakin lama semakin banyak air yang jatuh
rumput dikakiku basah dan mengeluarkan bau harum
rumput ini terlihat bahagia
pohon-pohon pun sibuk bergoyang bahagia tersiram hujan

dada saya mendadak terasa terhimpit
mata saya terasa panas
air mata saya pun jatuh
tapi tidak ada yang tahu saya menangis
hujan ini menyapu setiap tetes air mata yang tak tertahan
air mata itu kini menyatu dengan hujan
membasahi rumput-rumput yang kegirangan

saya tertegun
tersenyum sebentar
kemudian kembali menumpahkan air mata saya sepuas-puasnya
membiarkannya menyatu dengan setiap tetes hujan yang jatuh

ahh saya suka hujan

ketika saya puas menumpahkan semua yang tersisa
hujan pun perlahan reda
menyisakan pohon dan rumput yang basah
langit yang kembali biru
dan aku
aku yang baru....

tuan... tiga hari terlantar kesakitan terlalu banyak kesedihan yang saya kumpulkan di dalam laci almari ini... sehingga tidak boleh tertutup lagi.  terlalu banyak impian yang sama tersimpan.  

tenanglah aduhai hati.... cuma kamu saja yang aku ada kini.  jika kamu tidak tenang bagaimana aku boleh turut tenang menempuh hidup yang terus berliku ini.  tenanglah ya!

No comments: